
Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan
Kenakalan anak sering kali memicu emosi orang tua, Tak ayal
orang tua langsung marah.Memarahi anak itu boleh saja, tetapi dengan marah yang
bagaimana. Memarahi anak bukan berarti kita tidak sayang pada anak.
Kadang-kadang kita perlu juga memarahi anak. Memarahi dengan sikap lemah lembut
bukanlah dua hal yang bertentangan. Lemah lembut merupakan kualitas sikap
sebagai sifat dari apa yang kita lakukan sedangkan memarahi (bukan marah)
merupakan tindakan.
Ajarkan Kepada Mereka Konsekuensi, Bukan Ancaman
Anak-anak belajar dari kita. Sikap kita merupakan cerminan
bagi mereka, apa yang kita lakukan akan mereka tirukan untuk mendapatkan yang
mereka inginkan ataupun untuk menunjukkan keakuannya.Selain dari kita
lingkungan juga mempengaruhi perilaku mereka misalnya teman-teman sebaya. Ancaman
tidak akan menghentikan kenakalan anak.
Yang perlu kita lakukan adalah
1.Kembali ke prinsip Qubhunal ‘iqab bila bayan
Adalah buruk menghukum tanpa memberikan penjelasan
2.Membuat komitmen dengan anak untuk mematuhi aturan
Misalnya anak menginginkan sesuatu hendaklah menyampaikan
kepada orangtuanya dengan baik-baik dan bersabar bila belum bisa memenuhinya.
Bersama itu bicarakan dengan akrab konsekuensinya bila anak marah karena
keinginannya belum terpenuhi.
“Ibu sudah bilang berkali-kali”
Salah satu kebiasaan umum orang tua yang menyakiti hati anak
adalah “Ibu sudah bilang berkali-kali, tapi kamu tidak mau mendengarkan”.
Ungkapan ini memang efektif membuat anak diam tetapi diam karena harga dirinya
jatuh bukan karena menyadari kesalahannya. Dampak selanjutnya konsep diri dan
harga diri (self esteem) anak akan lemah.
Anak akan memandang dirinya secara negatif sehingga lupa
dengan berbagai keunggulan yang dia miliki. Kebiasaan berkata semacam itu harus
mulai kita kikis dari sekarang dan harus mulai berkata yang lebih positif.
Jangan Cela Dirinya, Cukup Perilakunya Saja
Tidak jarang anak-anak menampakkan perilaku negative padahal
ia tidak bermaksud seperti itu. Kadang-kadang ia juga berkata yang tidak baik
tanpa dia tahu apa maksud dari kata-kata tersebut. Kita jadi mudah keliru
menangkap maksud anak dan terjebak dengan apa yang kita lihat. Kita perlu
belajar untuk lebih terkendali dalam menilai anak.
Jangan sampai kita justru mematikan inisiatif-inisiatif
positifnya. Seandainya ia melakukan tindakan yang tidak baik yang kita perlukan
hanyalah menunjukkan bahwa seharusnya dia bertindak positif, kita luruskan
perilakunya bukan mencela dirinya.
Celaan pada dirinya bukan pada tindakannya bisa melemahkan
citra dirinya, harga diri, dan kepercayaan diri anak sehingga anak memiliki
motivasi yang rapuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Reviews:
Post Your Review
Silahkan Komentar dengan Bijak